Skip to main content

Pacaran di Paris

Pemandangan menara Eiffel dari tikungan jalan
Dear N,
Barangkali kamu tidak ingat persis apa yang terjadi malam itu. Ya aku maklum sih, ingatanmu kamu prioritaskan untuk hal-hal besar, seperti menyelamatkan dunia dari kebodohan dan semacamnya :p Hal-hal seperti roman menye barangkali cuma nyangkut sedikit di pikiranmu. Nggak ada salahnya kan aku ceritakan ulang, itung-itung untuk pemanasan anniversary kita yang ke... lima belas (moga-moga kamu nggak lupa berapa tahun persisnya kita bersama).   

Sungguh aku bangga sama kamu, mengirim empat paper dan semuanya diterima di konferensi yang cukup bergengsi di Paris ini. Karena kamu sibuk, aku sengaja nggak bikin itinerary rinci hari per hari. Biarlah aku yang momong anak-anak seperti biasanya, menjelajahi Paris bertiga naik metro dan jalan kaki. Cukup seru sih pengalaman kami. Meski tahu nggak, aku sengaja nggak masuk ke museum atau atraksi wisata yang berbayar. Lha gimana, duit kita udah habis buat sewa sepeda di Amsterdam, mengunjungi museum Van Gogh & NEMO, dan... buat beli tiket Disneyland Paris! Kurs Euro memang membuat kita bangkrut dengan cepat :D

Tapi di sela-sela hari-hari sibukmu, aku berharap kita bisa jalan berdua. Why? Lha ya why not, ini kan city of love gitu lho. Cocok banget buat pacaran, apalagi sama yang sudah halal ;)

Jadi begitu kamu setuju untuk keluar motret malam-malam, aku langsung bregas siap-siap. Maksudnya ya menyiapkan anak-anak biar makan dengan kenyang (thanks to rice cooker). Menyiapkan mood mereka agar gak rewel ditinggal (dengan sekotak Laduree). Biasanya kamu yang rewel soal keamanan anak-anak, tapi karena apartemen yang kita sewa ini menurutmu cukup aman, aku nggak perlu meyakinkan kamu lagi.
 
Pukul 20-an kita keluar dari apartemen. Ini musim panas, jadi matahari tidak terbenam sampai jam 21.30. Kamu sempat kecewa karena Galeries Lafayette sudah tutup. Padahal maksudmu ingin memotret sunset dari atapnya. Ya kali Mal di Indonesia yang buka sampai tengah malam. Ya sudah, kita langsung menuju menara Eiffel saja yang nggak bakalan tutup.

Kita kembali naik metro, sengaja turun beberapa stasiun sebelum Eiffel Tour biar bisa jalan kaki. Sesekali kamu berhenti untuk memotret sesuatu yang menarik perhatianmu. Ya memang tadi rencananya jalan untuk motret kok.


Rumah perahu
Melewati jembatan, menara Eiffel menghilang dari pandangan, tertutup pohon dan beton kota. Kita berjalan melewati beberapa restoran yang masih ramai, tampak hangat oleh perbincangan para pelanggannya. Ah, restoran Perancis, kamu nggak bakalan kenyang kalau nggak ada nasinya, hahaha.

Kita terus berjalan, melewati apartemen yang sama semua warnanya, krem dengan atap abu-abu dan railing balkon dari besi tempa berwarna hitam. Apartemen demi apartemen terlewati. Lama-lama kamu mulai sangsi apa kita masih di jalan yang benar (please, this is not a metaphor). Aku cek peta kertas, nggak nyasar kok. Satu blok kemudian ketika kita mau menyeberang jalan kecil, kita akhirnya bisa melihat menara itu, menyeruak dari atap apartemen abu-abu, kali ini sudah dihiasi dengan lampu-lampu. Kita berdua terkikik seperti anak kecil. Got you Eif!

Kamu sigap menyiapkan tripod. Tiba-tiba lampu di menara Eiffel berpendar dengan gemerisiknya yang khas. Atraksi kemepyar ini berlangsung selama sepuluh menit. Kita berdua mesam-mesem berpandangan, takjub. Tapi ternyata bukan hanya kita yang senyum-senyum geli seperti turis ndeso melihat Eiffel yang memang berpendar setiap jam di malam hari. Ada sepasang laki-laki yang juga senyum-senyum takjub melihat atraksi ini. Bedanya, mereka bergandengan tangan, sementara kita tidak :D

Setelah sukses memotret Eiffel dari gang, kita melanjutkan perjalanan. Udara cukup dingin meski ini musim panas. Kardigan tipis dan syalku tidak mampu melawan hawa dingin yang salah jadwal ini. Beberapa kali kamu melihatku mengerutkan tubuhku, sampai akhirnya kamu menawarkan jaketmu. Thanks but don't worry, I can manage. Kalau jaketmu kupakai, kamu mau pakai apa? Mosok pakai kardiganku yang unyu ini? But that just the way you show that you care.

Akhirnya sampai lah kita ke taman di depan Tour Eiffel, Champ de Mars. Ikon kota Paris ini menjulang tinggi di depan, tanpa terhalang apa-apa. Sampai kamu sadar ada panggung jelek yang menghalangi pandangan. Kemungkinan besar panggung untuk peringatan Bastille Day. Sudah menjelang tengah malam tapi suasana masih ramai. Beberapa orang tampak duduk di rerumputan setengah basah, mengobrol dan menyaksikan kemegahan Eiffel. Aku mengamati sekelompok orang yang berkerumun sambil menenteng replika eiffel-eiffel kecil. Mereka pedagang asongan rupanya, yang baru saja berkumpul untuk memulai shift malam. Tapi rombongan ini segera bubar begitu terlihat petugas berseragam (satpol PP cabang Paris) yang mengejar mereka dengan sepeda. Ah, kerasnya kehidupan imigran.

Paris dan tanah yang basah. Itu membuatmu sibuk memotret bayangan dari genangan. "Kamu mau foto yang kayak apa?" tanyamu. Terserah saja lah, sesukamu. Meski fotomu kadang terlalu nyeni dan nggak cocok untuk ilustrasi blogku, aku selalu suka jepretanmu. Kadang mengejutkan, bukan foto yang umum beredar di brosur wisata maupun blog perjalanan. Ngapain ke sini kalau cuma mau mereplika foto standar yang sama?

Ketika kamu sibuk mencari angle yang bagus, ada orang yang menyapa kita. "France? Spanish? Italy?" Aku masih bingung maksud mereka ketika kamu menjawab, "English. We speak English." Pak tua yang datang bersama keluarganya itu menyorongkan anak perempuannya. "She English." Si anak akhirnya mengutarakan maksud Pak Tua yang ternyata ingin tahu cara memotret Eiffel dari ujung ke ujung. Kamera mereka tidak bisa menangkap menara ini dengan utuh. Kamu dengan telaten menjelaskan pada mereka. Setelah puas, mereka mengucapkan terima kasih berkali-kali, dengan banyak bahasa.

Senang rasanya bisa membantu orang, meski komunikasi terbatas karena beda pemahaman bahasa. Omong-omong, mereka memandang kita sebagai apa ya? Sepasang kekasih yang pacaran? Kakak adik yang sedang liburan bareng? Atau malah bisa menebak dengan jitu kalau kita suami istri dengan dua anak, yang sulung sudah masuk SMP? Hehehe, kecil kemungkinan yang terakhir ;)

Aku selalu suka menyaksikan kamu sibuk dengan kameramu. Seperti ketika aku sedang sibuk menangkap ide yang berlarian di kepala untuk kutulis. Kamu menangkap cahaya dengan kamera. Aku menunggumu dengan duduk di bangku taman yang setengah basah. Ada beberapa pasangan yang meminta aku membantu mereka memotret. Dengan bahasa tarzan, tentunya. Aku senang melihat wajah-wajah yang sumringah di pelataran menara ini.

Sama seperti aku yang bahagia melihatmu bahagia, rileks dengan hobi kecilmu, menjauh sebentar dari jurnal dan buku-buku yang berat.

Menara Eiffel di malam yang basah
Di bawah menara Eiffel

Eiffel dan komidi putar
Trocadero
Kita lanjut berjalan melewati bawah menara. Orang-orang masih ramai ingin naik lift menuju puncak Eiffel. Aku tahu kamu takut ketinggian, jadi aku tidak pernah lagi mengajakmu untuk naik tower-toweran seperti ini. Sydney Tower, Eureka Skydeck di Melbourne, Taipei 101, tidak ada yang membuatmu tertarik untuk naik.

Persis di samping menara ini ada komidi putar. Romantisme masa kecil berpadu dengan simbol kota cinta, bikin baper nggak sih? Kita cuma jalan-jalan saja menyaksikan keramaian, orang yang berfoto dengan berbagai macam gaya.

Menyeberang sungai Seine, kita berjalan menuju Trocadero. Kawasan ini sebagian sudah dipagari untuk persiapan peringatan Bastille Day. Kamu gagal mengulang foto masa kecilmu ketika mengunjungi kota ini, 25 tahun yang lalu di tangga Trocadero. Sebenarnya bukan kamu yang pengen mengulang foto itu, tapi aku yang maksa, hahaha. Seperti aku paksa kamu dan anak-anak mengulang fotomu dengan ibu dan saudara-saudaramu di depan stasiun Amsterdam Centraal.

Di pelataran Trocadero kita berhenti sebentar. Kamu mengeluarkan keping-keping Euro untuk membeli minuman. Malam masih panjang, orang-orang masih berseliweran dan menara Eiffel tetap berpendar. Kita duduk sambil meneguk minuman dari botol. Lumayan juga ya kita jalan kakinya? Pantesan haus banget :D Ketika kamu genggam tanganku, aku tahu kamu lebih kedinginan daripada aku.
 
Di penghujung malam kita sudah ada di stasiun lagi. Aku baru sadar kalau sedari tadi kita nggak sempat foto berdua. Tapi sebenarnya nggak papa, toh kita sudah foto satu kali ketika pertama kali (buatku) melihat menara Eiffel ini, dalam rintik hujan yang labil. Sambil menunggu metro, kamu mencoba memotret bayangan kita di kaca. Sudah bisa diduga, foto yang gagal, hahaha. Ah, sudah lah, kita memang nggak pinter ber-selfie. Dear N, terima kasih sudah membawaku ke sini.



~ The Emak

Comments

Popular posts from this blog

Harga Redmi Note 8 Pro

Xiaomi Kembali memperkenalkan ponsel terbaru mereka yakni Redmi Note 8 dan Redmi Note 8 Pro pada (17/10/2019) di Jakarta. Kedua ponsel tersebut dapat dikatakan cukup mirip namun spesifikasi Redmi Note 8 Pro lebih diunggulkan. Setelah sebelumnya meluncurkan Redmi Note 7 yang dibanderol dengan harga 2 jutaan. Kali ini Xiaomi kembali memperbarui ponsel mereka dengan spesifikasi yang lebih diunggulkan. Secara review Redmi Note 8 Pro memanglah menjadi salah satu ponsel yang menawarkan spesifikasi sangat memadai dengan lengkapnya fitur yang ditawarkan. Illustrasi: mi.co.id Harga Redmi Note 8 Pro Dengan dua pilihan, harga Redmi Note 8 Pro 6/128 Rp 3.399.000 dan untuk varian 6/64 Rp 2.999.000. Harga tersebut diambil dari website resmi Xiaomi dan dapat berubah sewaktu-waktu tergantung situasi ekonomi di Indonesia. Kamera Beresolusi Ultra Tinggi Redmi Note 8 Pro ini sangat mengandalkan kamera yang diunggulkan. Dengan Quad-core Camera, Redmi Note 8 Pro menggunakan kamera belak...

Harga Dan Spesifikasi Realme C3 Terbaru Di Indonesia Cuma Satu Jutaan

Realme  balik  meramaikan pasar smartphone  pada  indonesia, kali ini  menggunakan  produk smartphone terbarunya yaitu Real C3. Pada  tanggal  12 Februari realme resmi merilis ponsel  terkini  mereka yaitu Realme C3  pada  Jakarta. Harga Realme C3 Rp 1.699.000  buat  pasaran  di  Indonesia. Yang mejadikan Realem C3 ini menarik  merupakan   lantaran  ponsel ini  menggunakan  Chipset Mediatek Helio G70  yg  sangat memumpuni  buat  bermain game. Di dukung  dengan  RAM  tiga  GB  dan  memori internal 32 GB. Realme C3  menjadi  rekomendasi buat  kamu   yang  memang hobi bermain game. Selain itu, kapasitas baterai  yg  digunakan  pada  Realme C3 ini  sebesar   5 .000 mAh.  Namun   karena  penggunakan Chipset Mediatek Helio G70 belum diketahui secara  pasti ...

Cara Gampang Mengurus Bebas-Visa Jepang

Saya mendapatkan bebas-visa atau visa waiver Jepang ini secara tidak sengaja. Sampai saat ini saya belum punya rencana pasti, kapan akan ke Jepang. Pengen sih pengen, tapi belum ada rencana dan belum beli tiket. Dalam waktu dekat saya dan Si Ayah malah akan pergi ke Taipei. Saya mengajukan bebas-visa Jepang karena 'tertipu' postingan sebuah blog yang mengatakan bahwa kita bisa mengajukan visa Taiwan secara online kalau kita punya visa Jepang. Saya kurang teliti mencari konfirmasi, ternyata yang bisa mengurus visa Taiwan online adalah WNI yang sudah punya VISA Jepang (stiker besar yang ada fotonya), bukan VISA WAIVER yang hanya tempelan stiker kecil doang. Tapi ya sudah lah, tetap ada hikmahnya. Gara-gara postingan itu saya dan suami jadi punya visa waiver Jepang. Jadi kalau ada yang sedekah tiket ke Jepang, saya tinggal berangkat, hahaha. Ada? Bebas visa Jepang sudah diberlakukan bagi WNI mulai 1 Desember 2014. Tapi tentu ada syaratnya. Yang bisa mengajukan bebas visa adalah...