Skip to main content

Menanti Matahari Terbit di Kiama

Melihat matahari terbit dari dalam tenda. Foto oleh Radityo Widiatmojo.
Sungguh suatu pengalaman magical menikmati indahnya matahari terbit, langsung dari dalam tenda!

Lokasi yang kami pilih untuk menjajal kemah kedua kali ini adalah Kiama, sekitar dua jam bermobil ke selatan Sydney. Kami sekeluarga pernah berakhir pekan di Kiama, tiga tahun yang lalu. Memang suasana kota kecil tepi pantai ini nyaman dan pemandangannya bagus. Ada beberapa Holiday Park di sekitar Kiama. Kami memilih East Beach Holiday Park dari grup Big 4, yang lokasinya di tepi pantai.

Ketika kami datang Jumat malam, lokasi bumi perkemahan sudah gelap. Perjalanan kami sempat tertunda karena ada macet akibat kecelakaan di jalan, plus GPS kami yang ngaco menyarankan jalan berputar menyusuri kampung. Setelah cek in di resepsionis, kami bergegas menuju lokasi untuk tenda. Saya dibantu Big A mendirikan tenda dengan penerangan senter dan cahaya bintang :p Sementara itu Si Ayah membantu teman-teman kami yang lain dari grup "Pramuka Marrickville" yang tendanya lebih besar daripada tenda kami. Untungnya malam pertama kemping kali ini tidak disambut hujan seperti kemping kami yang pertama :p

Kami bisa tidur nyenyak meskipun suhu udara dingin menusuk tulang. Malamnya saya belum tahu lokasi kami menghadap mana, pantai ada di sebelah mana. Dari debur ombak yang mengiringi tidur malam kami, saya bisa menduga kalau pantainya dekat dengan lokasi kami berkemah. Menjelang subuh, saya dikejutkan oleh suara berisik Si Ayah dan Om Thuwid yang mencari-cari sesuatu. Ternyata mereka perlu sarapan dan kopi untuk bekal memotret sunrise. Lokasi kemah kami ada termasuk yang powered, ada colokan listriknya. Jadi kami bisa membawa alat-alat listrik seperti ketel listrik untuk membuat air panas. Sayangnya, saya telanjur mengandalkan teman-teman lain untuk membawa ketel listrik ini. Dalam gelap, kami tengak-tengok tenda lain. Belum ada tanda-tanda kehidupan di sekeliling kami. Saya sarankan Si Ayah dan Si Om untuk jalan ke dapur umum. Pengalaman kami di bumi perkemahan Narrabeen, ada mesin air panas instan di dapur umum. Beberapa saat kemudian, Si Ayah kembali dengan bersungut-sungut: dapur umum baru buka jam 8.30! Ya ampun, lha terus kami disuruh sarapan jam berapa? Akhirnya Si Ayah dan Si Om harus puas sarapan dengan Up&Go, sereal yang sudah dihaluskan dicampur susu, yang sebenarnya milik The Precils.

Setelah Si Ayah dan Si Om pergi berburu sunrise, giliran Big A yang bangun. Saat itu mulai muncul cahaya jingga dari pantai di seberang tenda kami. Pelan-pelan cahaya ini mulai naik, menerangi area berkemah kami. Lama-lama ketahuan bahwa lokasi kemah kami sebenarnya tepat di pinggir pantai, hanya dibatasi rerumputan hijau dan sungai kecil. Saya yang jarang menikmati indahnya sunrise - karena terlalu malas bangun pagi :p - tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Saya ambil kursi lipat, meletakkannya di depan (atau belakang?) tenda. Saya tunggui episode matahari menampakkan diri ini sambil duduk membaca novel The Hunger Games, masih berbalut sleeping bag untuk melawan udara dingin di pagi hari. Ketika langit mulai terang, teman-teman banyak yang bangun dan saya bisa mendapatkan kopi panas untuk teman membaca. 

Sunrise di hari kedua tidak kalah menariknya. Kali ini saya sudah siap-siap meminjam ketel listrik untuk membuat kopi Si Ayah sebelum berburu sunrise. Udara pagi tidak sedingin hari sebelumnya, tapi rasanya saya kok malas keluar meski sudah mendengar suara berisik Si Ayah dan teman-temannya yang mau hunting foto. Little A masih nyenyak dalam sleeping bag di samping saya. Saya iseng membuka pintu tenda untuk melihat seberapa naiknya matahari. Pemandangan yang saya dapatkan di luar dugaan saya. Cahaya jingga menyorot menerobos pintu tenda. Dengan iringan debur ombak di pagi hari, scene ini indah sekali. Saya cuma bisa duduk bengong di dalam tenda, masih dalam sleeping bag, mengamati matahari yang naik pelan-pelan ke langit. Kok kemarin saya tidak terpikir untuk menikmati sunrise ini dari dalam tenda saja ya?


Terus ngapain aja sih selama camping? Kami, grup 'Pramuka Marrickville' biasanya berkemah selama dua malam di akhir pekan. Jumat malam kami datang dan mendirikan tenda, biasanya sudah makan malam, jadi langsung tidur malam pertama di tenda. Sabtu, kami punya satu hari penuh untuk berkegiatan, seperti fotografi dan mancing (bapak-bapak), berenang, main bola dan main air di pantai (anak-anak) dan makan-makan! (ini gak cuma Emak-Emaknya lho). East Beach Holiday Park punya fasilitas kolam renang. Anak-anak langsung minta berenang sehabis sarapan. Di sini juga ada fasilitas arena bermain (playground) yang dekat dengan lokasi tenda kami. Tapi sepertinya anak-anak lebih senang main bola di pelataran dekat tenda. Setelah makan siang, anak-anak kembali main air, kali ini ke pantai East Beach yang cuma lima menit jalan kaki dari area tenda. Big A dan teman-teman sudah siap dengan body boardnya. Pantai East Beach ini ukurannya sedang, pasirnya putih halus dan ombaknya lumayan besar. Sambil mengawasi anak-anak besar bodyboarding, emak-emaknya duduk-duduk santai sambil nge-gosip dan makan camilan :D

Hari Minggu, kami cek out jam 10 pagi, dilanjutkan dengan jalan-jalan di Kiama  Blowhole. Di sini ada mercusuar dan 'ledakan' air laut yang terperangkap karang. Kami pernah ke sini tiga tahun yang lalu. Suasananya masih seteduh dan seindah yang dulu.

Si Ayah berburu gambar indah. Foto oleh Radityo Widiatmojo
Pantai East Beach, Kiama. Foto oleh Radityo Widiatmojo
Holiday Park atau Caravan Park di Australia merupakan salah satu alternatif penginapan yang murah. Biasanya mereka menyewakan tempat parkir untuk caravan, tempat untuk mendirikan tenda (dan cukup untuk parkir mobil di sebelahnya), dan juga kabin-kabin kecil yang cukup untuk keluarga. Tarif sewa kabin ini relatif lebih murah daripada di hotel atau apartemen. Untuk yang tidak masalah berbagi fasilitas kamar mandi umum dan dapur umum, menyewa kabin sangat menghemat anggaran. Kami membayar AUD 160 untuk kemah dua malam, untuk 3 dewasa dan 2 anak-anak.

Ketika berkemah di sini, saya kurang puas dengan fasilitas dapur umum dan kamar mandi umumnya. Dapur umum baru buka jam 8.30 pagi, terlalu siang untuk ukuran kami. Ini merepotkan kalau harus mengambil lauk yang akan dimasak untuk sarapan. Kulkas yang ada di dapur juga terlalu kecil. Letak dapur juga terlalu jauh dari area tenda, sehingga repot kalau mau cuci-cuci alat dapur yang kami gunakan di sekitar area tenda. Di area tenda kami, blok F, hanya ada fasilitas kamar mandi umum dan laundry. Dapur umum dan BBQ area terpisah dan harus jalan kaki cukup jauh. 

Kamar mandi umum cukup bersih, jumlahnya cukup banyak sehingga tidak perlu antri. Ada juga kamar mandi khusus anak-anak berupa shower/pancuran kecil. Little A senang mandi di sini. Sayangnya jadwal bersih-bersih mereka tidak pasti, antara jam 9 - 11, dan tanpa peringatan terlebih dahulu. Ketika anak-anak selesai berenang, sekitar jam 10, kamar mandi sedang dibersihkan, sehingga tidak bisa digunakan untuk bilas. Esok harinya, baru jam 9 pagi, kamar mandi sudah ditutup untuk dibersihkan. Si Ayah sampai harus mandi di kamar mandi untuk difabel gara-gara ini.

Kalau dibandingkan dengan lokasi kemah kami sebelumnya, fasilitas kamar mandi, toilet dan dapur umum di Sydney Lakeside Holiday Park memang lebih bagus daripada di East Beach Holiday Park. Dapur umum bisa diakses kapan saja dengan menggunakan kunci, dan letaknya dekat dengan area tenda kami. Hanya saja di Narrabeen tidak ada fasilitas kolam renangnya dan tidak ada pemandangan spektakuler seperti di East Beach.

View spektakuler adalah kelebihan holiday park ini. Untuk bisa mendapatkan pemandangan matahari terbit seperti kami, pesanlah lokasi tenda/caravan di blok F12-17. Saya juga menyarankan untuk membawa sendiri peralatan memasak atau barbekyu, jangan mengandalkan dapur umum. Kalau perlu bawa kulkas portabel sendiri, seperti tetangga di seberang tenda kami.

Kemah pertama dan kedua sukses. Akan adakah kemah ketiga? Rupanya suhu musim gugur yang cukup dingin tidak menyurutkan grup Pramuka Marrickville untuk berkemah lagi. Kali ini kami akan mendirikan tenda di Lane Cove National Park, taman nasional yang ada di tengah kota Sydney.

Tunggu cerita dari kemah berikutnya ya :)

 ~ The Emak

Comments

Popular posts from this blog

Harga Redmi Note 8 Pro

Xiaomi Kembali memperkenalkan ponsel terbaru mereka yakni Redmi Note 8 dan Redmi Note 8 Pro pada (17/10/2019) di Jakarta. Kedua ponsel tersebut dapat dikatakan cukup mirip namun spesifikasi Redmi Note 8 Pro lebih diunggulkan. Setelah sebelumnya meluncurkan Redmi Note 7 yang dibanderol dengan harga 2 jutaan. Kali ini Xiaomi kembali memperbarui ponsel mereka dengan spesifikasi yang lebih diunggulkan. Secara review Redmi Note 8 Pro memanglah menjadi salah satu ponsel yang menawarkan spesifikasi sangat memadai dengan lengkapnya fitur yang ditawarkan. Illustrasi: mi.co.id Harga Redmi Note 8 Pro Dengan dua pilihan, harga Redmi Note 8 Pro 6/128 Rp 3.399.000 dan untuk varian 6/64 Rp 2.999.000. Harga tersebut diambil dari website resmi Xiaomi dan dapat berubah sewaktu-waktu tergantung situasi ekonomi di Indonesia. Kamera Beresolusi Ultra Tinggi Redmi Note 8 Pro ini sangat mengandalkan kamera yang diunggulkan. Dengan Quad-core Camera, Redmi Note 8 Pro menggunakan kamera belak...

Harga Dan Spesifikasi Realme C3 Terbaru Di Indonesia Cuma Satu Jutaan

Realme  balik  meramaikan pasar smartphone  pada  indonesia, kali ini  menggunakan  produk smartphone terbarunya yaitu Real C3. Pada  tanggal  12 Februari realme resmi merilis ponsel  terkini  mereka yaitu Realme C3  pada  Jakarta. Harga Realme C3 Rp 1.699.000  buat  pasaran  di  Indonesia. Yang mejadikan Realem C3 ini menarik  merupakan   lantaran  ponsel ini  menggunakan  Chipset Mediatek Helio G70  yg  sangat memumpuni  buat  bermain game. Di dukung  dengan  RAM  tiga  GB  dan  memori internal 32 GB. Realme C3  menjadi  rekomendasi buat  kamu   yang  memang hobi bermain game. Selain itu, kapasitas baterai  yg  digunakan  pada  Realme C3 ini  sebesar   5 .000 mAh.  Namun   karena  penggunakan Chipset Mediatek Helio G70 belum diketahui secara  pasti ...

Cara Gampang Mengurus Bebas-Visa Jepang

Saya mendapatkan bebas-visa atau visa waiver Jepang ini secara tidak sengaja. Sampai saat ini saya belum punya rencana pasti, kapan akan ke Jepang. Pengen sih pengen, tapi belum ada rencana dan belum beli tiket. Dalam waktu dekat saya dan Si Ayah malah akan pergi ke Taipei. Saya mengajukan bebas-visa Jepang karena 'tertipu' postingan sebuah blog yang mengatakan bahwa kita bisa mengajukan visa Taiwan secara online kalau kita punya visa Jepang. Saya kurang teliti mencari konfirmasi, ternyata yang bisa mengurus visa Taiwan online adalah WNI yang sudah punya VISA Jepang (stiker besar yang ada fotonya), bukan VISA WAIVER yang hanya tempelan stiker kecil doang. Tapi ya sudah lah, tetap ada hikmahnya. Gara-gara postingan itu saya dan suami jadi punya visa waiver Jepang. Jadi kalau ada yang sedekah tiket ke Jepang, saya tinggal berangkat, hahaha. Ada? Bebas visa Jepang sudah diberlakukan bagi WNI mulai 1 Desember 2014. Tapi tentu ada syaratnya. Yang bisa mengajukan bebas visa adalah...